Kadis P dan K, Linus Lusi Dorong Mahasiswa dan Akademisi Pentingnya Menjaga Warisan Budaya Sebagai Jati Diri Bangsa
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Linus Lusi memberikan sambutan sekaligus membuka kegiatan Sosialisasi Perlindungan Kebudayaan, Foto : Ocep Purek |
Acara yang digelar oleh Bali Pelestarian Kebudayaan (BPK) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) berlangsung selama dua hari (16 - 18/ 11/ 2023), di aula Kristal Hotel, Kota Kupang, ini memberikan pemahaman kepada mahasiswa dan akademisi untuk mencerca dari berbagai dimensi pemikiran, kebudayaan ini unik dan kita bersyukur bahwa sudah jauh hari negara kita membentuk dan menamakan negara Indonesia karena terdapat berbagai suku, agama ras, golongan, bahasa, dan etnis. Karena dengan kata Indo maka Pancasila sebagai ideologi negara adalah mutlak sebagai persyaratan.
"Riak-riak kebudayaan yang memperjelas identitas kebangsaan kita maka semua diwajibkan terutama para mahasiswa dan akademisi serta masyarakat luas perlu mencari tahu identitas kebudayaan kita sehingga kita tidak kehilangan jejak dan jati diri bangsa dan negara ini. Dua kerajaan besar Nusantara pertama dan Nusantara kedua didalam diplomasi kehidupan berkeraja negaraan banyak berafiliasi dengan pengaruh luar maka lahirlah pewaris-pewarisan nilai maka cagar budaya adalah bagian dari proses yang panjang dalam kehidupan kita tetapi dalam konteks kekinian kita juga sangat merindukan kapan kita bisa meninggalkan sebuah cagar budaya dengan warisan tak benda zaman milenial yang mana kurun waktu satu abad kemudian akan diteliti," Ungkap Linus Lusi.
Linus Lusi juga menegaskan perlu adanya periodesasi sehingga kekayaan budaya kita semakin meningkat dan tidak punah dalam kurun waktu beberapa tahun ke depan dan hal ini adalah tugas dan tanggung jawab kita semua terutama mahasiswa dan para akademisi. Hal ini sangat penting dilakukan untuk mengangkat kasana budaya NTT yang belum terangkat semuanya, untuk itu para mahasiswa kaum intelektual acara cagar budaya ini adalah pintu masuk yang sangat strategis karena kalau kita berbicara kebudayaan maka asumsi kaum milenial adalah suatu hal yang tidak menarik padahal kita keluar dari jalur budaya.
" Mahasiswa dan para akademisi harus memiliki pengaruh positif terhadap kebudayaan yang melekat dan merekat ketahanan bangsa dan negara. Sehingga harapannya adalah para mahasiswa dan akademisi bisa melakukan penelitian, mengkaji, serta mendukung pembangunan berbasis budaya untuk menganyam kembali keretakan kebudayaan kita," Tegas Linus Lusi.
Linus Lusi menambahkan dengan edukasi ini diharapkan ketika ada penggusuran pembangunan pemusnahan cagar budaya karena laju pertumbuhan dan pembangunan yang tidak terkendali kita bisa mengatasi hal itu dengan pengetahuan budaya yang kita miliki, sehingga kita bisa mencapai visi pembangunan berbasis budaya karena apa artinya sebuah pikiran yang bagus kalau pijakan budaya tidak terarah maka sama halnya kita melupakan banyak hal dalam kebudayaan," Tegas Linus Lusi.
Untuk diketahui bersama peserta kegiatan ini adalah perwakilan mahasiswa dan dosen setiap kampus yakni, perwakilan Undana Kupang, Muhammadiyah Kupang, Unika Kupang, Undarma Kupang, dan Politeknik Kupang.
Ocep Purek