News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Modal Politik Melki Yang Berbeda Dari Lawan Politiknya

Modal Politik Melki Yang Berbeda Dari Lawan Politiknya

Agung Hermanus Riwu-Pegiat Literasi

NTTPRIDE.COM - Pasca debat perdana Pemilihan Gubernur (Pilgub), jagat Nusa Tenggara Timur (NTT) ramai mendiskusikan pernyataan Melki Laka Lena tentang jaringan koalisi nasional. Lawan politik tidak ketinggalan melempar isu negatif yang menyudutkan posisi pasangan Melki-Jhoni.

Sesungguhnya yang disampaikan Melki tentang jaringan koalisi nasional bukan klaim bahwa Prabowo atau pemerintah pusat dimiliki kelompok tertentu seperti yang dituding lawan politiknya. Melki hendak menyatakan bahwa dia memiliki modal politik untuk membangun NTT dan bisa mengatasi krisis fiskal NTT yang terlilit hutang periode sebelumnya.

Pentingkah modal politik ? Green dan Haines (2016) dalam Asset Building and Community Development, mengatakan tujuh aset utama membangun sebuah communio, salah satunya adalah modal politik.

Sebagai kendaraan dalam mencapai tujuan, modal politik berkaitan dengan kekuasaan dan kebijakan.  Modal politik bisa menjadi sebuah instrumen yang dapat memengaruhi kebijakan untuk mencapai kepentingan. Modal politik bisa bersifat struktural jika merujuk pada atribut-atribut dalam sistem politik yang memberi ruang partisipasi dalam pengambilan keputusan.

Jadi, pesan yang ingin dipaparkan Melki adalah modal politiknya bisa memengaruhi distribusi sumber daya dari pusat ke NTT.

Lantas, apakah modal politik Melki hanya sekedar buaian belaka ? Melki adalah Ketua DPD 1 Partai Golkar NTT. Pengaruhnya di pusat, menempatkan dia menduduki jabatan wakil ketua komisi IX DPR RI periode lalu. Dan saat ini, Melki menjadi salah satu wakil ketua dalam struktur DPP Partai Golkar.

Di Pilpres yang lalu, Melki adalah ketua TKD Prabowo-Gibran NTT dan berhasil menghantar kemenangan mutlak. Kini, Melki bertarung di Pilgub NTT dengan tanda tangan Prabowo Subianto, presiden Indonesia sekarang.

Ini menunjukan modal politik Melki berbeda dengan lawan politiknya yang hanya berstatus anggota biasa di partai politik. Dan modal politik itu, bukan blunder, bukan miskin inovasi, bukan klaim sepihak sebagaimana dimainkan lawan politik, tetapi modal politik Melki nyata adanya dan menjadi anugerah bagi masyarakat NTT jika Melki-Jhoni menang. 

Oleh karena itu, isu miring tentang modal politik Melki, mungkin datang dari kelompok yang tidak menghendaki NTT maju dan teratasi masalah fiskalnya.

Jejak Karya Melki

Dalam sebuah diskusi dengan penulis, Melki pernah mengutip pernyataan pendahulunya Ben Mboy, “tantangan Golkar yang sesungguhnya ada pada kekaryaan itu sendiri. Golkar akan ditinggalkan pendukungnya jika kekaryaan itu surut.”

Ketika menjadi anggota DPR RI, Melki mewujudkan pernyataan itu dengan memperjuangkan hadirnya RSUP Ben Mboi yang kemudian mendapat pengakuan dari Jokowi ketika berbicara dalam sambutan peresmian. 

Melki juga berjuang menghadirkan Rumah Sakit Pratama hampir di seluruh pelosok NTT, puluhan Balai Latihan Kerja (BLK), menguatkan jaminan sosial kesehatan dan ketenagakerjaan di NTT, bahkan ketika Covid 19, Melki membantu mendatangkan jutaan alat kesehatan untuk melindungi masyarakat NTT.

Saat ini NTT sedang mengalami krisis fiskal. Mantan gubernur yang kemarin, mewarisi utang yang tidak sedikit. APBD  NTT terkuras habis untuk belanja pegawai ketimbang belanja publik. PAD NTT rendah sehingga masih berharap dari transfer pusat. 

NTT butuh pemimpin yang terampil membangun kolaborasi. Sebagai wakil ketua Partai Golkar di pusat, Melki bisa bekerja sama dengan 12 menteri Golkar di Kabinet Merah Putih. Dalam konteks koalisi nasional, Melki juga bisa membangun komunikasi dengan menteri Gerindra, PAN, Demokrat, PSI serta partai lainnya.

Apakah lawan politik Melki bisa membangun komunikasi dengan pemerintah pusat ? Tentu sangat bisa. Tetapi Melki memiliki keunggulan yang berbeda dengan lawan politiknya karena Melki berada di dalam dan punya pengaruh di pusaran kekuasaan. Lebih mudah bukan, jika berada di dalam ketimbang harus mengetuk pintu dari luar ? 

Itulah yang dinamakan modal politik. Bukan blunder, miskin inovasi atau klaim belaka. Itu berkah dan anugerah bagi NTT. Modal politik Melki membuka ruang gotong royong dengan berbagai pihak, karena mengurus NTT butuh sentuhan banyak orang. (Agung Hermanus Riwu-Pegiat Literasi)


Editor : Ocep Purek 

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Next
This is the most recent post.
Previous
Posting Lama